Begini Memahami Arti Khusyu. Kekhusyukkan merupakan bagian penting yang harus kita raih dalam hidup ini dan kita realisasikan ketika kita menghadap kepada Allah, terutama saat kita shalat dan berzikir.
Kekhusyukkan merupakan manifestasi tertinggi dari sehatnya hati dan landasan utama tegaknya shalat dan zikir. Ketika seseorang memiliki kekhusyukan maka ia akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran surah al-Ahzab (33) ayat 35.
Artinya, “Sesungguhnya, laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Baca juga: Adab Berangkat Menuju Masjid dalam Pandangan al-Ghazali
Sepenggal Kisah Nabi
Begini Memahami Arti Khusyu. Ada yang tidak biasa pada suatu sore di Madinah. Saat itu, Rasulullah SAW dan para sahabat usai melaksanakan shalat Ashar berjamaah. Setelah mengucapkan salam dalam shalatnya, tiba-tiba Rasulullah SAW bangkit melewati barisan para sahabat dengan tergesa-gesa. Beliau menuju kamar salah seorang istrinya.
Semua sahabat tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Rasulullah SAW. Sikap Rasulullah SAW yang tergesa-gesa itu membuat para sahabat terkejut dan diliputi rasa takut. Biasanya, bila Rasulullah SAW berjalan usai shalat menuju rumah kamar seorang istrinya, Nabi SAW berjalan pelan-pelan sambil menunduk. Namun, kali ini Rasulullah SAW berjalan dengan tergesa-gesa.
Setelah keluar dan melihat para sahabatnya itu terkejut, Rasulullah SAW pun menenangkan para sahabat. Beliau memberitahukan hal ihwal yang membuatnya tergesa-gesa seraya bersabda, “Aku ingat sepotong emas dan aku tidak ingin hal itu menahanku (menggangguku dan membuyarkan konsentrasiku dalam tawajuh/menghadap kepada Allah SWT) maka aku menyuruh untuk membagi-bagikannya.”
Sepenggal kisah di atas memberikan pelajaran yang sangat penting kepada kita berkaitan dengan cara membuat diri kita khusyuk ketika ber-tawajuh (menghadap) Allah. Yakni, dengan cara membebaskan diri dari semua kesibukan hati yang membuat diri kita lupa kepada Allah SWT.
Baca juga: Faidah Muhasaba Bagi Seorang Muslim
Ragam Makna Khusyu’
Begini Memahami Arti Khusyu. Al-Qusyairi mengutip Surat Al-Mukminun ayat 1-2 sebagai pembukaan pembahasan perihal khusyuk dalam Kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah. Sedangkan pengertian khusyuk itu sendiri secara bahasa adalah ketundukan/kepatuhan kepada Allah (al-inqiyad lil haqq).
Al-Qusyairi mengutip berbagai pandangan ulama perihal khusyuk. Menurut sebagian ulama, khusyuk adalah pendirian hati di hadapan Allah dengan perhatian yang terfokus. Sedangkan ulama lainnya mengatakan, kekhusyukan hati adalah pengendalian mata dari pandangan.
Sebagian ulama menyebutkan tanda khusyuk pada seorang hamba Allah. Menurutnya, (tanda) orang yang khusyuk ketika dipancing kemarahannya, dilanggar janjinya, atau ditolak (oleh orang lain) akan menghadapinya dengan penuh penerimaan.
Muhammad bin Ali At-Tirmidzi mengatakan, orang yang khusyuk adalah mereka yang padam api syahwatnya, kecil asap dalam dadanya, dan terbit cahaya takzim dalam hatinya sehingga syahwatnya mati, hatinya hidup, dan pembawaan fisiknya tenang.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, khusyuk adalah rasa takut senantiasa yang lazim pada hati kepada Allah. Sedangkan Imam Junaid menjawab ketika ditanya perihal khusyuk, “Kerendahan hati pada Allah yang maha mengetahui ghaib,”
Ketika menjelaskan kekhusyukan, Abu Ali Ad-Daqaq mengutip Surat Al-Furqan ayat 63, yaitu “Wa ‘ibādur rahmānil ladzīna yamsyūna fil ardhi hawnan” , atau “Hamba Allah yang berjalan di muka bumi dengan merendah.” Kata “merendah” tidak lain adalah tawadhu dan khusyuk.
Apapun pandangan perihal khusyuk, ulama bersepakat bahwa khusyuk bertempat pada hati. Adapun pembawaan lahiriyah hanya bersifat gejala atau tanda dari khusyuk itu sendiri. Seorang ulama pernah menegur orang yang berpenampilan kumuh dan buruk sebagai kekhusyukan.
Sumber
Hani al-Hajj, Mawa’izhu Shalihin wa al-Shalihat, Kairo: Daar al-Tauqifiyah Mesir.
https://khazanah.republika.co.id/berita/prao64458/makna-khusyuk-di-dalam-ibadah
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/khusyuk-dalam-kajian-tasawuf-Kf4PX