Napak Tilas Jejak Shalahuddin al-Ayyubi

  • Whatsapp
salahuddin al-ayyubi
salahuddin al-ayyubi

Napak Tilas Jejak Shalahuddin al-Ayyubi. Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya bernama Najmuddin Ayyub dan pamannya adalah Asaduddin Syirkuh bermigrasi meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Van dan pindah ke daerah Tikrit (Irak).

Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1138 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanki, gubernur Seljuk untuk kota Mosul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Baalbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud.

Selama di Baalbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.

Baca: Mengenal Sosok Malaikat Jibril

Karir Sebagai Prajurit dan Mendirikan Dinasti

Napak Tilas Jejak Shalahuddin al-Ayyubi. Tahun-tahun pertama yang telah dilewatinya saat berkaris sebagai prajurit di Mesir, telah mendapatkan tiga tantangan yang akan dihadapi oleh Shalahuddin. Pertama, ancaman pemberontakan dari sisa-sisa pendukung Fatimiyah di Mesir. Kedua, serangan dari orang-orang Frank yang merasa terpukul dengan jatuhnya Mesir ketangan Nuruddin. Ketiga, terjadinya ketegangan antara pihak Shalahuddin dan Nuruddin.

Serangan yang pertama dan kedua mampu ditangani oleh Shalahuddin dengan pasukannya, namun permaslahan yang ketiga menjadi permaslahan yang serius ketika di antara keduanya ada pihak yang berusaha untuk mencerai beraikannya.

Tapi semua itu tidak berlangsung lama, kejernihan kembali menyirami kedua pahlawan tersebut. Shalahuddin tetap memiliki loyalitas terhadap Nuruddin sampai Nuruddin meninggal dunia pada tahun 1173 M.

Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimyah) yang terakhir wafat pada tahun 1171 M, Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Maka sejak saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga sekitar 75 tahun lamanya. Keberhasilan tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.

Dalam mengonsolidasikan kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk melakukan ekspansi ke wilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman pada tahun 1173M. Taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara salib di Dimyat. Adapun Syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan untuk menduduki salah satu kota di Mesir. Dari Mesir, Shalahuddin juga dapat menyatukan Negara-negara Muslim. Pada tahun 1174 ia berhasil menguasai Damaskus kemudian Aleppo (tahun 1185) dan Mousul (pada 1186).

Baca juga: Pakar Fiqih Bernama Abu Hanifah

Menaklukkan Yerusalem

Napak Tilas Jejak Shalahuddin al-Ayyubi. Pada masa pemerintahan Salahuddin Al Ayyubi, ia juga berhasil merebut Yerusalem dari Kerajaan Yerusalem. Peristiwa ini terjadi setelah Raja Guy dari Lusignan mendukung Raynald dari Chatillon untuk menyerang peziarah dan pedagang Muslim. Bahkan Raja Guy dari Lusignan mengancam akan menyerang kota Mekkah dan Madinah.

Merespons ancaman itu, Salahuddin menyerang Yerusalem pada 4 Juli 1187 yang kemudian dikenal dengan Perang Hattin. Setelah berhasil menguasai daerah sekitar Yerusalem, Salahuddin menangkap Raynald dan mengeksekusinya. Pasukan Salahuddin kemudian bergerak ke Yerusalem dan mengepungnya pada September 1187. Yerusalem akhirnya berhasil dikuasai oleh Salahuddin Al Ayyubi pada 2 Oktober 1187.

Setelah berhasil menguasai Yerusalem, Salahuddin kemudian dihadapkan dengan pasukan Salib yang dipimpin oleh Raja Richard dari Inggris. Pertempuran dengan tentara Salib berakhir dengan perjanjian damai antara Salahuddin Al Ayyubi dan Richard dari Inggris.

Wafatnya Sang Sultan

Napak Tilas Jejak Shalahuddin al-Ayyubi. Sultan Shalahuddin al-Ayyubi wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Sang pendiri Dinasti Ayyubiyah meninggal dalam usia 55 tahun akibat sakit. Sebagai penguasa, di sepanjang hayatnya ia selalu hidup bersahaja sehingga tak meninggalkan harta berlimpah. Yang tersisa darinya hanyalah seperangkat baju perang, seekor kuda, serta uang satu dinar dan 36 dirham.

Sebelum berpulang ke rahmatullah, pahlawan Islam itu tidak hanya menyibukkan diri dengan memimpin jihad fii sabilillah. Ia juga membangun kesejahteraan rakyatnya dengan berbagai upaya. Misalnya, membangun rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, serta masjid di seluruh daerah kekuasaannya.

Salahudin Al Ayyubi meninggal di Damaskus pada tahun 1193, setelah menyedekahkan banyak kekayaan pribadinya kepada rakyatnya. Dia dimakamkan di sebuah makam yang berdekatan dengan Masjid Umayyah, di kota Damaskus tersebut.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *